Makassar, Corong Demokrasi,- Iran telah mengeksekusi Mahmoud Mousavi-Majd, diduga mata-mata yang terkait dengan Mossad dan CIA, pada Senin (20/7/2020).
Mousavi-Majd telah dijatuhi hukuman mati karena diduga terlibat dalam aksi mengumpulkan informasi di berbagai bidang keamanan dan memberikannya kepada intelijen asing untuk mendapat uang sebagai imbalannya.
"Ketika berhubungan dengan agen mata-mata, ia mendapatkan banyak uang sebagai upah ketika ia mencoba untuk memberikan beberapa informasi dari program nuklir Iran ke agen Amerika," kata kantor berita IRNA.
Sementara itu, Fars News Iran mengatakan bahwa Mousavi-Majd juga telah dituduh bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan komandan Pasukan Pengawal Revolusi Iran, Qassem Soleimani.
Soleimani merupakan orang penting Iran yang tewas dalam serangan yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) pada Januari lalu. Serangan dengan pesawat tanpa awak (drone) itu diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Soleimani terbunuh bersama pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dalam serangan udara AS itu.
Menurut Pars Today, langkah Iran itu tampaknya merupakan cara untuk menyampaikan pesan pada dunia bahwa mereka telah menindak jaringan intelijen asing dan membuatnya lebih sulit bagi AS atau negara lain untuk menembus Iran.
"Setelah sejumlah kebakaran misterius dan ledakan mengguncang Iran sejak akhir Juni, negara itu mengatakan bahwa sabotase apa pun dapat memicu peningkatan penuh. Eksekusi juga datang dalam konteks ini," jelasnya.
Sebelum ini, Iran mengatakan pihaknya menangkap hingga 17 "mata-mata CIA" pada 2019. Pada 14 Juli, Iran juga mengatakan telah mengeksekusi seorang pejabat Departemen Pertahanan yang "menjual informasi kepada CIA".
Pria bernama Reza Asgari itu diduga menjual informasi tentang program rudal Iran. Beberapa minggu kemudian sebuah ledakan misterius menghancurkan situs program rudal surface-to-surface Iran di dekat Khojir, tidak jauh dari Parchin. Kemudian terjadi lagi sebuah ledakan menghancurkan bagian dari fasilitas pengayaan nuklir Natanz, sebagaimana ditulis The Jerusalem Post.
Mousavi-Majd telah dijatuhi hukuman mati karena diduga terlibat dalam aksi mengumpulkan informasi di berbagai bidang keamanan dan memberikannya kepada intelijen asing untuk mendapat uang sebagai imbalannya.
"Ketika berhubungan dengan agen mata-mata, ia mendapatkan banyak uang sebagai upah ketika ia mencoba untuk memberikan beberapa informasi dari program nuklir Iran ke agen Amerika," kata kantor berita IRNA.
Sementara itu, Fars News Iran mengatakan bahwa Mousavi-Majd juga telah dituduh bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan komandan Pasukan Pengawal Revolusi Iran, Qassem Soleimani.
Soleimani merupakan orang penting Iran yang tewas dalam serangan yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) pada Januari lalu. Serangan dengan pesawat tanpa awak (drone) itu diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Soleimani terbunuh bersama pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dalam serangan udara AS itu.
Menurut Pars Today, langkah Iran itu tampaknya merupakan cara untuk menyampaikan pesan pada dunia bahwa mereka telah menindak jaringan intelijen asing dan membuatnya lebih sulit bagi AS atau negara lain untuk menembus Iran.
"Setelah sejumlah kebakaran misterius dan ledakan mengguncang Iran sejak akhir Juni, negara itu mengatakan bahwa sabotase apa pun dapat memicu peningkatan penuh. Eksekusi juga datang dalam konteks ini," jelasnya.
Sebelum ini, Iran mengatakan pihaknya menangkap hingga 17 "mata-mata CIA" pada 2019. Pada 14 Juli, Iran juga mengatakan telah mengeksekusi seorang pejabat Departemen Pertahanan yang "menjual informasi kepada CIA".
Pria bernama Reza Asgari itu diduga menjual informasi tentang program rudal Iran. Beberapa minggu kemudian sebuah ledakan misterius menghancurkan situs program rudal surface-to-surface Iran di dekat Khojir, tidak jauh dari Parchin. Kemudian terjadi lagi sebuah ledakan menghancurkan bagian dari fasilitas pengayaan nuklir Natanz, sebagaimana ditulis The Jerusalem Post.
*(red)